Rabu, 15 Juni 2016
makalah amphibi
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Amfibi
adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000
spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini
berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup
di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan
di atas daratan.
Amfibi dijumpai diseluruh dunia
kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda
seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di
lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat
bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan
tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis
yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi
dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di
dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan
betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya
amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang
melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau
melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit
yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai
tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki
kodok dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang
sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas
amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal
kelas amphibia lebih jauh lagi.
B.
Rumusan masalah
Melihat
uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a.
Apa
yang dimaksud dengan amphibia dan bagaimana karakteristiknya?
b.
Bagaimana
klasifikasi dari kelas amphibia?
c. Bagaimana
anatomi dan fisiologi pada amphibia?
d. Bagaimana
persebaran dan habitat dari amphibia?
e. Bagaimana
hubungan manusia dengan amphibia?
C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui
definisi serta karakteristik dari amphibia.
2. Mengetahui
klasifikasi dari kelas amphibia
3. Mengetahui
anatomi dan fisiologi dari amphibia.
4. Mengetahui
bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia.
5. Mengetahui
hubungan atau relasi antara manusia dengan amphibia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
dan karakteristik Amphibi
Kata
amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan
sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang
tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di
daratan. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk
kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus
hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada
fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini
berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas
dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan
cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada
anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia
memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata
terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu,
kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf
mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi
lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum
konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar
ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak
semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada
beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan
dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan
insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang
sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air
untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat
selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
(Duellman and Trueb, 1986)
Amfibia
mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh
|
Kulit yang berlendir
|
Alat gerak
|
Dua pasang kaki dan pada setiap
kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan
kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
|
Alat pernapasan
|
Pernapasan pada saat masih
kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru
dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam
rongga mulut ketika menyelam
|
Suhu tubuh
|
tidak tetap, berubah-ubah
mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
|
Peredaran darah
|
Tertutup
|
Alat penglihatan
|
Mata dan matanya mempunyai
selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam
|
Berkembang biak
|
Dengan cara melepaskan telurnya
dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal
|
Jantung
|
Terdiri dari tiga ruangan
yaitu dua serambi dan satu bilik
|
Sedangkan,
ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:
- Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
- Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
- Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
- Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
- Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang mempunyai klep untuk menahan air
- Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
- Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
- Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
- Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
- Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
- Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B. Klasifikasi
dalam Kelas Amphibi
Adapun kedudukan amphibia dalam
sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 4
ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan
kodok), Proanura (telah punah).
1. Ordo
Caecilia
Ordo ini mempunyai anggota yang
ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh
menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi.
Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau
tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian
anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo
Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae,
Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili
yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang
insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
Contoh ordo caecilia
Anatomi
tulang kepala ordo Caecilia
2.
Ordo Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum.
Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies
mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian
kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup
di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai
3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo
Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang
dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki
empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali
mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi
Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis
(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup
tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander yaitu Plethodontidae
memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin
terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan
dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah
diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari
apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme
dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan
bagian dari alat bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi
pada Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat
bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi
mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru
mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah
lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine
(Pough et al., 1998).
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang
disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan
waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang
merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya
memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang
luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya.
Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti
Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa
spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial
(Pough et al., 1998).
Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar
terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah
(Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat
berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari
urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar
masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal.
Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki
tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi
(Pough et al., 1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota
dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan
baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi
dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya
memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang
memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui
bibir kloakanya (Zug, 1993).
Salamander
Morfologi
ordo Urodela :
Tulang
Rangka ordo urodela :
3.
Ordo Anura
Nama
anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana
tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan
terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar
dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya
dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
Ordo
Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
·
Ascaphidae Leiopelmatidae
·
Bombinatoridae Discoglossidae
·
Pipidae Rhinophrynidae
·
Megophryidae Pelodytidae
·
Pelobatidae Allophrynidae
·
Bufonidae Branchycephalidae
·
Centrolenidae Heleophrynidae
·
Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
·
Pseudidae Rhinodermatidae
·
Sooglossidae Arthroleptidae
·
Dendrobatidae Hemisotidae
·
Hyperoliidae Microhylidae,
·
Ranidae Rachoporidae
Ada 5
Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae,
Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Bufonidae
Famili
ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacara
diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki
gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili
ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili
Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo
melanosticus dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)
(Bufo
melanostictus)
b. Megophryidae
Ciri khas
yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah.
Gelang
bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air.
Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium
hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
Megophrys montana
c. Ranidae
Famili
ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang
bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan
terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara
eksternal dan bersifat ovipar.
Famili
ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea,
Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes
kuhli, Occidozyga sumatrana.( Eprilurahman,2007).
Rana chalconota
d. Microhylidae
Famili
ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang
dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi
beberapa genus tidak mempunyai gigi.
Karena
anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang
bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)
Microhyla achatina
e. Rachoporidae
Famili
ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe
gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat
pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007).
Rhacophorus leucomystax
sexvirgata
4.
Ordo Proanura
Anggota-anggota
ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah.
Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya
sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri
umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua
rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru
mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk
dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
C. Morfologi Kelas
Amphibi
Kelompok hewan amfibi
adalah binatang bertulang belakang berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua
alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan
bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan bernapas
dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah
dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu
tubuhnya.
Kepala dan
badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor.
Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang
kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya
terdapat 2 lubang pipih
tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang
suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya
mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila
berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil
untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/
telur atau sperma dari alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan
dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri
atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari
(digiti).
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan
bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut medial, samping/lateral,
badan muka depan adalah ujung anterior, bagian belakang disebutujung posterior,
bagian punggung atau dorsal, sedang bagian muka ventral. Bagian badan terdiri
atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut
atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal pendek.
Gambar
morfologi katak
Pada rongga
mulut ( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang atas), sedangkan
dibagian bawah dibatasi oleh mandibula
(rahang bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang pipih
berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut.Pada permukaannya terdapat kuncup
perasa dan papil yang dilapisi oleh lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke
muka untuk menangkap mangsa. Pada maxillae
sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin yang
berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan.Dekat denta vomerin terdapat
dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares eksterna. Glotis
terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula yang merupakan
pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut
terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum oris
dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki
saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium pharyngeum
auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga
menimbulkan suara.
D. Anatomi dan fisiologi

Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian
yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang
vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong
(berudu) tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada fase dewasa menjadi keras.
Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang
licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum merupakan skeleton axiale sedang
kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:
1.
Cranium yang sempit
2.
Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula
pendengar dan kapsula yang besar untuk mata.
3.
Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari
larynx (skleton viseral).
Bangsa amphibi merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang
dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang sehingga tidak berhubungan
dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil, burung atau mamal.
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari kaki
pada kaki depan dan lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang
berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada
Caecillia.Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada
jari-jarinya.
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan
urostyl, yang merupkan silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu segmen
pendek yang fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri
atas centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai
tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang
processus articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak
memunyai tulang rusuk (costale).
Tempat tumpuan extemitas anterior
berupa cingulum cranialis (pectoral
gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax. cingulum cranialis melekat pada
vertebrae dengan otot daging. Masing-masing setengahnya terdiri atas tulang
rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula kecil sebelah lateral dan
clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar sebelah ventral.Coracoid
bergabung dengan sternum yang berupa tulang rawan besar, tersusun atas
episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum bertemulah os
scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis yang merupakan
sendi tempat kepala os humerus.
Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic gridle) merupakan persatuan tulang yang
mempunyai bentuk yanng terdiri atas os illium sebelah anterior, os oschium
sebelah posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada ketiga tulang tersebut
bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum tempat kepala os femur
melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os illium yang merupakan tulang yang
memanjang sejajar dengan urostyl dan sejajar dengan sacrum.
Gambar
Sistem Rangka Katak
Bentuk
tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang tempurung kepala
bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan cingulum posterior merupakan
tulang-tulang yang terangkai menjadi satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan
terhadap satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu hubungan bentuk
bola dan mangkokan yang menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel terdapat pada
siku dan lutut. Gerakan-gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari
jaringan ikat.Kecuali itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat
memanjang dan memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang dibedakan
atas bagian central yang disebut diaphyse
sedang kedua ujungnya disebut epiphyse.Pada
tulang-tulang yang bersenyawa terdapat hubungan satu sama lain, dan
amsing-masing epiphyse dan diaphyse juga terdapat hubungan tidak
teratur dan terkunci oleh sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan,
sehingga tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia,
masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu. Dengan
demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak mungkin terjadi.

Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai
transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana
tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang)
dan gerakan sirip yang relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah
susunan ini.
Sistem otot pada amfibi masih
metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat
horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau
dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti dalam
pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas
atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique
eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat
kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat
atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya
terletak dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
Tubuh
katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot
daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging
sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada
tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada
gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-serat yang satu
sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang
yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian
distal yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot
daging yang memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus
sebelah ujung tulang yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas
dengan jalan kontraksi yakni memanjang-memendekkan jari;dengan demikian kedua
tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot daging secara umum dibagi atas
dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan disebutkan tipe umum dari
otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan masing-masing contoh:







Otot daging yang tunduk kepada
kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum: (1) otot daging lebar dan
pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding
abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya
biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat melingkar,
misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh
beberapa otot daging bereaksi bersama-sama dengan beberapa kontraksi. Koordinasi
dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas
otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah untuk merangsang
kontraksi.

Di dalam
mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada
langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya, dan
bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esophagus
(bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung. Lambung memanjang
dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus terdiri dari intestinum (keci,
panjang, berkelok-kelok), rectum yang langsung bersatu dengan cloaca. Hati dn
pancreas mempunyai mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum, kandung
empedu, lambung intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri dari
empat lapisan, yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa dan mukosa
(Brotowidjoyo, 1994: 56).
Alat
pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada
beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang
berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan
dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah.
Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan
sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi
sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan
menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim,
yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan
intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk
lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan
bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran
disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus
melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan
pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar
terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan
ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus
yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas.
Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam
intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar
intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak
dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat
dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan
tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat
usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.

Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf
sentral dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari :
encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat
pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium cerebri
atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan
dengan comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon
medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus
yang ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan
cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas
yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis
dan berakhir disebelah felium terminale (Jasin, 1984: 271).
Terdiri atas sistem
nervorum central dan sistem nervorum periforium. Dalam Sistem nervorum central terdiri dari
encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam
kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorius menuju saccus nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan
kiri yang berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang
bagian anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang
terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya
diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di
belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu medulla oblongata
yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebelah
caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal
yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat
chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh keluar
sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada
posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus.
Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar
otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh
darah arteri dan venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan
medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang
berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan
jaringan saraf. System nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan
nervi spinalis. Nervi spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.

Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini
terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit.
Alat-alat ini mempunyai permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak
mengandung pembuluh darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan
permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Dalam proses
ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang selanjutnya akan dibawa ke
jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut
oleh plasma darah dari jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi
masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang elastis yang
berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang disebut alviola, yang
masing-masing diliputi oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-masing sakus
paru-paru dihubungkan dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua
bronchi bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut
glottis.
Pada
kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu
bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit
akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut
dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum
sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk
gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam
paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk
lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di
paru-paru.
Mekanisme
inspirasi adalah dimulai dari
otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya
oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah
dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam
paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan.
Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi
sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut.
Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut
maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
System respirasi pada amphibi

Reproduksi pada amphibi ada dua
macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo
Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang
tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura
ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang
berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh
betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina
agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
Reproduksi pada katak yaitu
dengan cara fertilisasi eksternal, katak jantan menjepit katak betina ketika
perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan)
(Brotowijdoyo.1989: 201).
Organon
Uropetricum
Ginjal
amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya
berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada
tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh hidupnya
berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk membantu mencegah
pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi
jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan
transport sperma.
Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing
sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem
ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem
pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi dilakukan oleh kulit,
paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati berupa
empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat
panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini
disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang
sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses
filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1.
Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut
“glomerulus”
2.
Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut
“capsula bowman”
3.
Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari
capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan
menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter,
yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai
penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan
selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Organon Genitale
Organon ini terdiri atas:
Organon genitalis
masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval berwarna
keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat
penggantungnya yang kita sebut mesorchium
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah
corpus adiposum, suatu zat lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di
sebelah median dataran testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara pada
saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter mengalami
pembesaran dan disebut vesicular
seminalis, sebagai tempat penampungan spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang
terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat
penggantung yang disebut mesovarium, yang
terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang
terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada
ovarium juga terdapat corpus adiposum
yang berwarna kekuning-kuningan. Pada “breeding season” ova yang telah masak
menembus dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok dengan ujung
terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut
sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada “breeding
season” katak jantan menempel di punggung katak betina untuk memudahkan
terjadinya fertilisasi.
Sistem reproduksi pada katak

Perubahan yang terjadi
pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon sensoris atau receptor
tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi sensori yang membawa
rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap rangsangan akan merangsang
organon sensoris tertentu. Organon visus akan menerima rangsangan yang berupa
gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit menerima rangsangan yang berupa
sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa tonjolan yang berisi
reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang larut dalam air. Saccus
nasalis yang mengandung receptor yang peka terhadap rangsangan yang berupa gas.
Telinga yang berisi organon auditorius dan alat kesetimbangan tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah
kecembungannya untuk jarak pandangan yang relative jauh. Kelopak mata kurang
bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang di darat.
Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak daripada bagian atas karena
kornea amphibi darat menjadi kering akibat evaporasi, sehingga perlu dibasahi
dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Parietal dan pinael body
berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang panjang dan
intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan orientasi arah. Untuk alat
pendengaran, salamander dan golongannya tidak mempunyai pendengaran tengah,
sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang
telinga.

Sistem
endokrin mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada dasar otak terdapat glandula pituitari atau glandula
hypophysa. Bagian anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan hormon
pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panjang tulang.
Bila seekor berudu diambil bagian anterior glandula hypophysanya, berudu
tersebut tak akan tumbuh menjadi katak. Tapi bila potongan ini
ditranspantasikan kembali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya.
Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian
anterior glandula hypophysa ini baik secara oral maupun suntik
mengakibatkan pertumbuhan raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada pada
ikan), sebagai regulator kalsium dalam sistem endokrin.
Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini menghasilkan
hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika dilakukan
inplantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa yang tak dalam
keadaan berkembangbiak , maka mulai saat itu segera terjadi perubahan.
Inplantasi pada katak betina menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum yang telah
masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan hewan ini menghasilkan
sperma.
Bagian tengah
glandula pituitaria akan
menghasilkan hormon intermidine yang
mempunyai peranan dalam pengatran chromorophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu
hormon yang mengatur pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di
belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar ini menjadi
besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini di
ambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada
berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak yang diam di
daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka waktu metamorphose ini akan dipercepat.
Kelenjar tiroid tidak hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh tetapi
dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan luar
kulit.
Kelenjar pancreas di samping
menghasilkan enzim juga menghasilkan hormon insuline
yang mengatur metabolisme zat gula. Hormon ini juga dihasilkan oleh sekelompok sel dalam pulau Langerhans.
Pada permukaan sebelah luar dari
ginjal terdapat glandulae supra renalis
atau glandulae adrenalis yang
menghasilkan hormon adrenalin atau aphinephrine
yang bekerja berlawanan dengan insuline (hormon adrenalin mengubah glycogen
menjadi glucosa, kecuali itu menyebabkan pigmen mengumpul sehingga kulit berwarna lebih gelap. Kelenjar
adrenal, korteks dan medula bergabung tidak terpisah seperti pada ikan.
E. Habitat
dan persebaran
Amphibi muncul pada pertengahan
periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan
Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah
dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya,
karena tidak bisa memproduksi panas sendiri.
Oleh
karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis,
termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang
hidupnya.
Amphibi
banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di
lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
F. Relasi
dengan Manusia
Adapun relasi manusia dengan katak adalah sebagai berikut:
a.
Digunakan
untuk pengobatan khususnya di negara Cina
b.
Dijadikan
bahan kosmetik
c.
Dijadikan sebagai bahan penelitian ilmu pengetahuan
d.
Digunakan sebagai umpan ikan
e.
Salah satu kelas amphibi yaitu Bufo melanosticus sebagai alat tes kehamilan
f.
Digunakan sebagai bahan makanan
g.
Dijadikan hewan peliharaan
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedudukan amphibia dalam
sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amphibia
Kata
amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan
sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang
tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di
daratan.
Anggota amphibia terdiri dari 4
ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan
kodok), Proanura (telah punah).
Adapun morfologi kelas amphibi
yaitu kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada
leher dan ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan
terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus),
kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Anatomi kelas
amphibi yaitu
· Rangka
katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang
lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital,
melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan.
· Sistem
otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda
perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot
daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging
berserat melintang.
· Jantung
amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Jantung
mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikulur, dan pembagian konus
arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari.
· Sistem lymphatic terdiri dari beberapa macam saccus
yaitu : Saccus submaxillaris, Saccus pectolaris, Saccus abdominalis, Saccus
lateralis, Saccus brachialis, Saccus femuralis, Saccus inter-femuralis dan
Saccus cruralis.
· Sistem
pencernaan terdiri atas beberapa alat pencernaan yaitu cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum
dan di akhirin oleh anus.
· Respirasi
adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas
paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit.
· Sistem
urogenital disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem
masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi
maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses. Terdiri dari organon
uropetricum dan organon genitalis. Organon genitalis terdiri dari organon genitalis masculinus dan organon genitalis feminus.
· Sistem saraf terdiri
atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium.
· Sistem indra terdiri
dari beberapa organ seperti lingua, organon visus Saccus nasalis, telinga.
· Sistem endokrin
terdiri dari beberapa glandula yang menghasilkan hormone tertentu yaitu glandula pituitari atau glandula hypophysa,
glandula thyroidea,
kelenjar pancreas,
glandulae supra renalis atau glandulae adrenalis
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi
Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Tuti Kurniati, M.Pd, Bintarti Yusriana, M.Si, Sumiyati Sa’adah M.Si.
2011. Zoologi Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN SGD Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)